Selasa, 28 Maret 2017

STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT (ROB) (STUDI KASUS ROB DI KOTA SEMARANG)

I                I.       Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia terutama di pulau Jawa dengan tingkat ancaman bencana yang cukup tinggi. Salah satu ancaman bencana di kota Semarang adalah banjir pasang-surut atau lebih dikenal dengan banjir rob. Selain karena tingginya air pasang di Laut Jawa, sejumlah akibat banjir rob diantaranya adalah kenaikan muka laut akibat  global warming (Wirastriya, 2005) dan juga adanya penurunan permukaan tanah (land subsidence) (Gumilar, dkk, 2009), yang juga mempunyai peran dalam perluasan genangan banjir rob tersebut. Pada masa yang akan datang dampak genangan rob diprediksikan akan semakin besar dengan asumsi faktor kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah meningkat secara konstan.

Dampak negatif dan kerugian dari peristiwa genangan rob akan semakin terasa dengan bertambahnya luas genangan banjir rob dari tahun ke tahun (Diposaptono, dkk, 2009). Hal ini membuat  pentingnya menyusun pemetaan risiko banjir rob kota Semarang, dan strategi penanggulangannya untuk meminimalisir dampak dan kerugian dari bencana. Perlunya suatu pengelolaan risiko bencana dan penyusunan strategi penanggulangan yang matang dalam mengatasi permasalahan genangan banjir rob di kota Semarang yang cepat, tepat, dan efisien.

                 II. PEMBAHASAN
a.      Definisi Bencana Banjir Rob
Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut.

b.   Kondisi Rob di Kota Semarang
Kota Semarang memiliki luas kawasan 37.070,39 ha dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.376.798 jiwa. Dengan luas kawasan lebih dari 27 ribu hektar tersebut memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 13,6 km.
Kota Semarang bagian utara dari tahun ke tahun tak pernah kering dari genangan air yang lebih dikenal dengan rob. Rob tertinggi biasanya terjadi di bulan April hingga Mei, yang ketinggiannya bisa mencapai 1,5 meter. Akibatnya, infrastruktur seperti jalan mudah rusak, saluran drainase tak berfungsi, aktivitas warga juga terganggu.
Kawasan Kota Lama yang di abad 18 menjadi pusat perdagangan, menjadi kumuh dan semakin ditinggalkan. Rob seringkali menggenangi jalan, gedung-gedung tua peninggalan Belanda, Pasar Johar, Terminal Terboyo, Pelabuhan Tanjung Emas, hingga Jalan Empu Tantular, yang merupakan salah satu akses menuju ke pelabuhan. Kawasan tersebut juga merupakan pintu keluar masuk ke dalam Kota Kota Semarang.
Pelabuhan Tanjung Mas pun mengalami genangan permanen. Rob juga sering menenggelamkan kawasan bongkar muat barang. Pada April 2012 lalu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan ini lumpuh, karena jalan menuju dermaga diterjang rob. Abrasi di pesisir Semarang bagian timur pun cukup parah. Di Kelurahan Trimulyo, Genuk, misalnya, abrasi telah membuat garis pantai bergeser sekitar satu kilometer ke arah daratan. Kawasan genangan tersebut saat ini dimanfaatkan warga sebagai tambak bandeng.
Tak kurang dari 150 hektar tambak di kelurahan Tugu, Kota Semarang, hilang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Petani tambang rugi besar, karena 1 hektar tambak menghasilkan 25 – 40 juta per tahun.
Menurut Data Bapedda Kota Semarang, kawasan yang tergenang mencapai ± 86 km2 (23%) dan menggenangi 60.000 RT. Tak cuma itu, dari tahun 1991 – 2010, garis pantai mengalami kemunduran hingga 1,7 km dengan area genangan mencapai 1.211,2 ha. Atau setara dengan 1.460 kali lapangan sepakbola.

c. Penyebab terjadinya Rob di Kota Semarang
Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di pesisir. Dan wilayah pesisir merupakah kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Naiknya muka air laut akibat pemanasan global akan menyebabkan daerah-daerah pesisir tergenang.
Data dari BMKG, suhu kota Semarang cenderung meningkat 0,2 – 0,5 oC, yang mendorong kenaikan muka air laut dan menenggelamkan sebagian daratan di pesisir utara Jawa. Diperkirakan kenaikan muka air laut di Pantura Jawa mencapai 6 – 10 mm per tahun. Tentu bisa dibayangkan, kota-kota di sepanjang pesisir utara Jawa dalam waktu 100 tahun ke depan akan tergenang air laut.
Kota Semarang sendiri diperkirakan, dalam waktu 20 tahun, pemanasan global akan menyebabkan kenaikan muka air laut setinggi 16 cm dan akan memberikan dampak kerusakan ruas jalan sepanjang 32 km. Tak kurang dari 3.522 rumah akan tergenang, sawah seluas 64,3 hektar dan 2.149 hektar tambak akan terpengaruh air asin.
Akibat perubahan iklim, Semarang tak cuma rentan oleh genangan (rob). Tapi juga oleh banjir, kekeringan, erosi dan abrasi. Apalagi ditambah tak adanya penahan gelombang, baik alami (mangrove) maupun buatan, makin membuat terkikisnya pesisir di sepanjang pantai utara Jawa. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang mencatat, tak kurang dari 10.000 hektar tambang hilang karena abrasi di sepanjang tahun 2000 – 2003.
Perubahan iklim mengancam keberlanjutan sumber air Kota Semarang. Intrusi air laut telah menyebabkan sumber-sumber air terkontaminasi. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa juta turut meningkatkan kebutuhan air. Dan akibatnya, air bawah tanah banyak digunakan. Ini berdampak pada lan subsidence yaitu turunnya elevasi tanah dan mengakibatkan air laut cepat naik ke daratan.
Keterbatasan persediaan air permukaan menyebabkan semakin meningkatnya pemanfaatan air bawah tanah. Pengambilan air bawah tanah yang berlebih tanpa diimbangi dengan peningkatan infiltrasi air akan menyebabkan terjadi penurunan tanah. Kota Semarang mengalami penurunan tanah antara 1 – 9 cm per tahun akibat dari pengambilan air bawah tanah yang berlebih tanpa diimbangi dengan peningkatan infiltrasi air.
Selain itu, akibat degradasi lingkungan dari semakin banyaknya jumlah manusia yang menempati kawasan pesisir juga mempengaruhi terjadinya rob ini.

d.      Upaya penanggulangan bencana Rob di Kota Semarang
Berikut upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi bencana banjir rob di Kota Semarang :
-          Konservasi mangrove yang dapat dilakukan di pesisir pantai utara Jawa terutama di Semarang karena dapat menahan terjadinya abrasi dan meminimalisir naiknya air pasang ke daratan
-          Pembuatan breakwater yaitu bangunan di tepi pantai yang fungsinya untuk memecah fokus ombak agar ombak yang ke tepi daratan menjadi kecil sehingga dapat meminimalisir rob
-          Jika AMDAL disetujui dan dana tersedia, akan sangat cepat dan lebih permanen dibangun Sea Wall dalam mengatasi rob karena konstruksi bangunan pantai ini berdiri tegak sejajar dengan garis pantai sehingga air laut tidak bisa naik karena tertahan oleh bangunan ini
-          Membatasi pengeboran air dengan skala dalam yang dapat mengakibatkan terus turunnya elevasi tanah dan dapat diganti dengan membuat inovasi alat filtrasi air yang saat ini sedang dikembangkan oleh Mahasiswa Undip yaitu filtrasi dengan bahan baku nano komposit batang jerami padi.
-          Membatasi pembangunan kawasan Perumahan maupun Industri di sempadan pantai karena mengakibatkan turunnya muka tanah dan naiknya air laut
-          Mengelola drainase kampung secara rutin yang dapat dilakukan masing-masing RT hingga kelurahan karena kesadaran masyarakat ini juga merupakan faktor terpenting untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari rob
-          Pembuatan polder yang saat ini sedang dibangun seperti polder banger dapat menampung air genangan dari warga yang nantinya disedot dan dialirkan ke kolam retensi. Karena ketika volume air cukup besar dan tidak ada tempat yg mampu menampung air, maka air tsb harus dialirkan ke polder terlebih dahulu untuk selanjutnya disedot ke kolam retensi dan dialirkan ke laut.

III.                  PENUTUP

-         Kesimpulan :
Akibat perubahan Iklim yang signifikan dapat mengakibatkan bencana banjir pasang air laut atau yang lebih dikenal dengan rob. Semakin tahun air laut semakin naik dan garis pantai selalu bergerak ke arah daratan.
Dengan berbagai upaya Pemerintah juga telah berusaha untuk menanggulangi banjir rob ini meskipun masih belum banyak teratasi. Tetapi niat baik ini harus kita dukung agar bencana ini sedikit demi sedikit berkurang hingga tuntas.
Mari kita dukung dengan beberapa alternatif strategi baik alami yaitu penanaman mangrove hingga buatan ada break water, sea wall, polder, dll.

-         Saran
o   Pahamilah dengan benar makalah yang telah dibuat oleh penulis.
o   Seandainya muncul kesalahan dan kekeliruan dalam pengucapan maupun pembuktian, mohon untuk dimaklumi dan segera berikan sanggahan atau nasihat kepada penulis.
o   Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan terus kembangkanlah bagi pembaca budiman untuk selalu mengaplikasikan hasil ini di dalam kehidupan sehari - hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bakti, L.M,. 2010. Kajian Sebaran Potensi Rob Kota Semarang dan Usulan Penanganannya.  Tesis. Program Studi Magister Teknik Sipil. Pascasarjana UNDIP. Semarang

BAPPEDA Semarang. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang 2010-2030. Semarang

BNPB. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.  Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 

Diposaptono, S., Budiman, & Agung, F. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer. Bogor




Wirasatriya, A. 2005. Kajian Kenaikan Muka Laut Sebagai Landasan Penanggulangan Rob di Pesisir Kota Semarang. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Sumber Daya Air. Pascasarjana UNDIP. Semarang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar