I I. Latar
Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia
terutama di pulau Jawa dengan tingkat ancaman bencana yang cukup tinggi. Salah
satu ancaman bencana di kota Semarang adalah banjir pasang-surut atau lebih
dikenal dengan banjir rob. Selain karena tingginya air pasang di Laut Jawa,
sejumlah akibat banjir rob diantaranya adalah kenaikan muka laut akibat global warming (Wirastriya, 2005) dan juga
adanya penurunan permukaan tanah (land subsidence) (Gumilar, dkk, 2009), yang
juga mempunyai peran dalam perluasan genangan banjir rob tersebut. Pada masa
yang akan datang dampak genangan rob diprediksikan akan semakin besar dengan
asumsi faktor kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah meningkat secara
konstan.
Dampak negatif dan kerugian dari peristiwa genangan rob akan
semakin terasa dengan bertambahnya luas genangan banjir rob dari tahun ke tahun
(Diposaptono, dkk, 2009). Hal ini membuat
pentingnya menyusun pemetaan risiko banjir rob kota Semarang, dan
strategi penanggulangannya untuk meminimalisir dampak dan kerugian dari
bencana. Perlunya suatu pengelolaan risiko bencana dan penyusunan strategi
penanggulangan yang matang dalam mengatasi permasalahan genangan banjir rob di
kota Semarang yang cepat, tepat, dan efisien.
II. PEMBAHASAN
a.
Definisi Bencana Banjir Rob
Rob
adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang
menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih
rendah dari muka air laut.
b. Kondisi Rob di Kota Semarang
Kota
Semarang memiliki luas kawasan 37.070,39 ha dengan kepadatan penduduk sebanyak
1.376.798 jiwa. Dengan luas kawasan lebih dari 27 ribu hektar tersebut memiliki
wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 13,6 km.
Kota Semarang bagian utara dari tahun ke tahun tak pernah kering
dari genangan air yang lebih dikenal dengan rob. Rob tertinggi biasanya terjadi
di bulan April hingga Mei, yang ketinggiannya bisa mencapai 1,5 meter. Akibatnya,
infrastruktur seperti jalan mudah rusak, saluran drainase tak berfungsi,
aktivitas warga juga terganggu.
Kawasan Kota Lama yang di
abad 18 menjadi pusat perdagangan, menjadi kumuh dan semakin ditinggalkan. Rob
seringkali menggenangi jalan, gedung-gedung tua peninggalan Belanda, Pasar
Johar, Terminal Terboyo, Pelabuhan Tanjung Emas, hingga Jalan Empu Tantular,
yang merupakan salah satu akses menuju ke pelabuhan. Kawasan tersebut juga
merupakan pintu keluar masuk ke dalam Kota Kota Semarang.
Pelabuhan Tanjung Mas pun mengalami genangan permanen. Rob juga
sering menenggelamkan kawasan bongkar muat barang. Pada April 2012 lalu,
aktivitas bongkar muat di Pelabuhan ini lumpuh, karena jalan menuju dermaga
diterjang rob. Abrasi di pesisir Semarang bagian timur pun cukup parah. Di
Kelurahan Trimulyo, Genuk, misalnya, abrasi telah membuat garis pantai bergeser
sekitar satu kilometer ke arah daratan. Kawasan genangan tersebut saat ini
dimanfaatkan warga sebagai tambak bandeng.
Tak kurang dari 150
hektar tambak di kelurahan Tugu, Kota Semarang, hilang dalam kurun waktu 5
tahun terakhir. Petani tambang rugi besar, karena 1 hektar tambak menghasilkan
25 – 40 juta per tahun.
Menurut Data Bapedda Kota
Semarang, kawasan yang tergenang mencapai ± 86 km2 (23%) dan menggenangi 60.000
RT. Tak cuma itu, dari tahun 1991 – 2010, garis pantai mengalami kemunduran
hingga 1,7 km dengan area genangan mencapai 1.211,2 ha. Atau setara dengan
1.460 kali lapangan sepakbola.
c. Penyebab terjadinya Rob di Kota
Semarang
Semarang merupakan salah
satu kota besar di Indonesia yang terletak di pesisir. Dan wilayah pesisir
merupakah kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Naiknya muka air laut
akibat pemanasan global akan menyebabkan daerah-daerah pesisir tergenang.
Data dari BMKG, suhu kota Semarang cenderung meningkat 0,2 – 0,5
oC, yang mendorong kenaikan muka air laut dan menenggelamkan sebagian daratan
di pesisir utara Jawa. Diperkirakan kenaikan muka air laut di Pantura Jawa
mencapai 6 – 10 mm per tahun. Tentu bisa dibayangkan, kota-kota di sepanjang
pesisir utara Jawa dalam waktu 100 tahun ke depan akan tergenang air laut.
Kota Semarang sendiri diperkirakan, dalam waktu 20 tahun, pemanasan
global akan menyebabkan kenaikan muka air laut setinggi 16 cm dan akan
memberikan dampak kerusakan ruas jalan sepanjang 32 km. Tak kurang dari 3.522
rumah akan tergenang, sawah seluas 64,3 hektar dan 2.149
hektar tambak akan terpengaruh air asin.
Akibat
perubahan iklim, Semarang tak cuma rentan oleh genangan (rob). Tapi juga oleh
banjir, kekeringan, erosi dan abrasi. Apalagi ditambah tak adanya penahan
gelombang, baik alami (mangrove) maupun buatan, makin membuat terkikisnya
pesisir di sepanjang pantai utara Jawa. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang mencatat, tak kurang dari 10.000 hektar tambang hilang karena abrasi
di sepanjang tahun 2000 – 2003.
Perubahan
iklim mengancam keberlanjutan sumber air Kota Semarang. Intrusi air laut telah
menyebabkan sumber-sumber air terkontaminasi. Pertumbuhan penduduk dan
meningkatnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa juta turut meningkatkan
kebutuhan air. Dan akibatnya, air bawah tanah banyak digunakan. Ini berdampak
pada lan subsidence yaitu turunnya elevasi tanah dan mengakibatkan air
laut cepat naik ke daratan.
Keterbatasan
persediaan air permukaan menyebabkan semakin meningkatnya pemanfaatan air bawah
tanah. Pengambilan air bawah tanah yang berlebih tanpa diimbangi dengan
peningkatan infiltrasi air akan menyebabkan terjadi penurunan tanah. Kota
Semarang mengalami penurunan tanah antara 1 – 9 cm per tahun akibat dari
pengambilan air bawah tanah yang berlebih tanpa diimbangi dengan peningkatan
infiltrasi air.
Selain
itu, akibat degradasi lingkungan dari semakin banyaknya jumlah manusia yang
menempati kawasan pesisir juga mempengaruhi terjadinya rob ini.
d.
Upaya penanggulangan bencana Rob di
Kota Semarang
Berikut upaya-upaya yang dapat
ditempuh untuk menanggulangi bencana banjir rob di Kota Semarang :
-
Konservasi
mangrove yang dapat dilakukan di pesisir pantai utara Jawa terutama di Semarang
karena dapat menahan terjadinya abrasi dan meminimalisir naiknya air pasang ke
daratan
-
Pembuatan
breakwater yaitu bangunan di tepi
pantai yang fungsinya untuk memecah fokus ombak agar ombak yang ke tepi daratan
menjadi kecil sehingga dapat meminimalisir rob
-
Jika
AMDAL disetujui dan dana tersedia, akan sangat cepat dan lebih permanen
dibangun Sea Wall dalam mengatasi rob
karena konstruksi bangunan pantai ini berdiri tegak sejajar dengan garis pantai
sehingga air laut tidak bisa naik karena tertahan oleh bangunan ini
-
Membatasi
pengeboran air dengan skala dalam yang dapat mengakibatkan terus turunnya
elevasi tanah dan dapat diganti dengan membuat inovasi alat filtrasi air yang
saat ini sedang dikembangkan oleh Mahasiswa Undip yaitu filtrasi dengan bahan
baku nano komposit batang jerami padi.
-
Membatasi
pembangunan kawasan Perumahan maupun Industri di sempadan pantai karena
mengakibatkan turunnya muka tanah dan naiknya air laut
-
Mengelola
drainase kampung secara rutin yang dapat dilakukan masing-masing RT hingga
kelurahan karena kesadaran masyarakat ini juga merupakan faktor terpenting
untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari rob
-
Pembuatan
polder yang saat ini sedang dibangun seperti polder banger dapat menampung air
genangan dari warga yang nantinya disedot dan dialirkan ke kolam retensi.
Karena ketika volume air cukup besar dan tidak ada tempat yg mampu menampung
air, maka air tsb harus dialirkan ke polder terlebih dahulu untuk selanjutnya
disedot ke kolam retensi dan dialirkan ke laut.
III.
PENUTUP
-
Kesimpulan
:
Akibat perubahan Iklim yang signifikan dapat mengakibatkan
bencana banjir pasang air laut atau yang lebih dikenal dengan rob. Semakin
tahun air laut semakin naik dan garis pantai selalu bergerak ke arah daratan.
Dengan berbagai upaya Pemerintah juga telah berusaha untuk
menanggulangi banjir rob ini meskipun masih belum banyak teratasi. Tetapi niat
baik ini harus kita dukung agar bencana ini sedikit demi sedikit berkurang
hingga tuntas.
Mari kita dukung dengan beberapa alternatif strategi baik
alami yaitu penanaman mangrove hingga buatan ada break water, sea wall, polder,
dll.
-
Saran
o Pahamilah dengan benar makalah yang telah dibuat oleh penulis.
o Seandainya muncul kesalahan dan kekeliruan dalam
pengucapan maupun pembuktian, mohon untuk dimaklumi dan segera berikan
sanggahan atau nasihat kepada penulis.
o Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan terus kembangkanlah
bagi pembaca budiman untuk selalu mengaplikasikan hasil
ini di dalam kehidupan sehari - hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, L.M,. 2010. Kajian Sebaran
Potensi Rob Kota Semarang dan Usulan Penanganannya. Tesis. Program Studi Magister Teknik Sipil.
Pascasarjana UNDIP. Semarang
BAPPEDA Semarang. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
2010-2030. Semarang
BNPB. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008
Diposaptono, S., Budiman, &
Agung, F. 2009. Menyiasati Perubahan
Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah
Populer. Bogor
Wirasatriya, A. 2005. Kajian Kenaikan Muka Laut Sebagai Landasan
Penanggulangan Rob di Pesisir Kota Semarang. Tesis. Program Studi Magister
Manajemen Sumber Daya Air. Pascasarjana UNDIP. Semarang